Sabtu, 10 Maret 2012

Hindari Kebiasaan Mencela Orang Lain

Ketika mendengar orang lain, tokoh non muslim, artis, selebritis terkenal bunuh diri, seseorang seringkali mencibir atau mencela mereka dengan label “dasar orang tidak beriman, dasar orang tidak berotak, dasar orang putus asa.” Mencibir mereka, merasa diri sendiri lebih mulia. Mencibir mereka, padahal diri sendiri tidak melakukannya karena sama sekali tidak berpikir.
Sama halnya dengan kebiasaan mencibir orang-orang demo. Seseorang mencela para pendemo karena banyak membuat keonaran dan kerusakan fasilitas publik. Melihat pendemo merasa diri lebih baik, padahal diri ini tidak berbuat apa-apa. Betul, demo dengan merusak fasilitas publik itu tidak baik, tapi kalau tidak berbuat apa-apa demi bangsa itu juga tidak lebih mulia dibanding mereka.
Satu lagi, seorang ustadz mencibir dan meremehkan ustadz yang tampil di muka umum dengan penuh guyonan, di TV, di radio, di hajatan, dan tempat publik lain. Ustadz “serius” mencibir ustaddz “humoris” bahwa sang “humoris” itu tidak ada apa-apanya, ilmunya rendah, hanya aksesoris kata Islam saja yang ditampilkan. Ia bilang “Ustadz itu apa-apaan, gak ada ilmunya.” Padahal orang yang tampil dan disukai publik itu merupakan salah satu karya, maka hargailah karya mereka. Adapun kekurangan ilmu menurut pandangan kita, berilah masukan kepada mereka agar dalam hidup ini tercipta sinergi antara ustadz berilmu tinggi dalam suatu bidang tapi tidak menyampaikannya kepada umat dengan ustadz yang masih sedikit ilmunya tapi sudah dicintai umat.
Hindari mencela dan mencibir orang. Jadikan diri ini pandai menghargai orang lain. Setiap kelemahan orang lain di mata kita, jadikan peluang agar kita dapat bersinergi, memberikan masukan dengan ilmu yang kita miliki.

Tidak ada komentar: