Selasa, 22 Mei 2012

Rumahku Surgaku


11. Rumahku Surgaku
Sejak aku tinggal bersama ibuku sampai sekarang tinggal bersama kakakku, rumah tempat aku nebeng tinggal telah memberian kenyamanan yang tak hingga. Aku jarang sekali tidur di rumah orang lain, rumah teman, bahkan rumah saudara. Rasanya ketika bepergian ke luar, ingin sekali segera pulang ke rumah. Mungkinkah ini makna rumahku surgaku? Wallahu a’lam
Rumah tempat tinggal selain rumah ibu dan kakak banyak yang sangat bagus, rumah saudara atau rumah teman. Tapi semua tidak mampu meredam kerinduanku untuk kembali ke rumah kakak, walau hanya beralaskan tanah, walau beratapkan asbes, walau masih banyak lubang-lubang besar yang mengundang angin berlalu-lalang di dalamnya. Aku tetap selalu ingin kembali, walau jarak tempatku pergi cukup jauh dari rumah itu. Padahal, keinginanku untuk merantau terus ku pupuk sejak kecil. Aku sangat mengagumi jiwa perantau. Ini ini sering ku sampaikan kepada para perantau yang sempat bercakap-cakap denganku, seperti mahasiswa, dosen, tukang nasi goreng, tukang bakso, dll.
Aku tidak tahu, apakah memang itu semua karena rumah kakak sudah memberikan sinar surga bagiku ataukah hanya mental kurung batok (tidak mengenal dunia luar, pendiam) yang sangat kuat pada diriku? Aku tidak tahu. Aku belum mengerti itu. Yang jelas, aku nyaman tinggal di rumah kakakku.
Belajar walau dengan fasilitas seadanya, nonton TV dengan kualitas TV yang sudah mau pensiun, istirahat dengan ruang sangat sederhana, sudah sangat membuat diriku nyaman bersama keadaan itu semua.

Tidak ada komentar: