4. Kakakku Cinta
Bereksperimen
Untuk kakak nomor 2 ini aku menyebutnya Jenius, selain banyak orang lain
yang menyebutnya demikian, di keluargaku pun sering menyebutnya Profesor, mulai
pengetahuannya sangat luas hingga eksperimennya pun bermacam-macam. Pengetahuan
yang sering tampak beliau kuasai adalah bahasa Inggris, bahasa Arab, Kajian
tentang Islam, penerjemahan bahasa Inggris-Arab-Indonesia, filsafat, dll. Kemampuan
bahasa Inggris beliau sudah banyak digandrungi teman-teman kampusnya. Sedangkan
eksperimennya berupa pembuatan sabun, pembuatan tinta, kaligrafi dengan lidah,
mesin penghancur batu tipis (templek), bercocok tanam lada, kapol, dll; membuat
sumur berbentuk persegi untuk pengairan kebun, dll; pengobatan dari rumput
(herbal), dll. Sayang sampai sekarang, eksperimennya belum berbuah manis,
kecuali terjemahan yang sudah sukses sejak beliau duduk di bangku kuliah. Hampir
semua hal yang dilakukannya membuat aneh warga sekitar, termasuk kami sekeluarga.
Fisiknya yang tahan banting, semangat bacanya yang tahan melek hingga
seringkali membuatnya begadang, apalagi ketika harus menerjemahkan suatu buku
semalam suntuk pun bablas tanpa tidur sekejap pun. Membangun rumahnya pun
dikerjakan sendiri di siang dan malam hari, meskipun di siang hari sering
dibantu tetangganya. Malam hari orang lain tidur, beliau naik memperbaiki atap
rumah, hingga suatu waktu beliau terluka di atap rumah pada malam hari.
Kecerdasannya tidak membuat beliau over acting (pamer kecerdasan).
Beliau sangat luwes dalam bicara, walaupun dengan orangtua yang tidak
sekolahpun. Bahasa asing yang beliau kuasai tidak menodai bahasa Sundanya yang
beliau sering gunakan berkomunikasi dengan warga. Penampilannya juga sangat
sederhana, bahkan seringkali mengenakan pakaian agak compang-camping yang
sering kali menuai kritik dari ibuku, padahal kakakku ini seorang PNS yang
lumayan sering menerima orderan terjemahan. Apalagi sekarang sudah lulus S2
pendidikan bahasa Arab dengan beasiswa yang diraihnya dengan IPK cumlaude.
Mantap sekali…..!
Dengan “kejeniusan” di atas, aku sering melamun: seandainya kakak nomor
2 ini mau memperhatikan manajemen hidup melalui diskusi dengan adik-adiknya
mungkin sudah membuat ekonomi keluargaku semakin membaik. Secara berlebihannya,
aku sering berandai-andai: apabila kakakku mau menerapkan manajemen hidup,
mungkin aku tidak akan memulai perjuangan kuliah dari nol, bahkan sampai S3 pun
aku memperkirakannya akan mampu dengan uang dari kantong sendiri (Berharap kali….).
Tapi takdir berkata lain, sampai saat ini belum ada kerja sama yang baik antara
aku dan kakak nomor 2, walaupun secara komunikasi cukup baik. Ide-ideku dalam
menghadapi hidup sangat berbeda dengan beliau, sehingga kami berjalan
masing-masing. Sungguh ini menjadi cambuk buatku bahwa hidup ini harus ada
unsur kerja sama. Tanpa kerja sama, jangankan membangun negara, membangun
keluarga sekalipun sangat susah. Tidak ada yang perlu dipersalahkan, karena
semua ini merupakan pelajaran yang Allah anugerahkan kepadaku agar aku semakin
merasakan penderitaan orang-orang kecil dan semakin dekat dengan-Nya. Amiin!
Bersabar untuk tidak berharap kepada makhluk dan berikhtiar sebagai tanda patuh
kepada Yang Maha Pencipta, inilah yang aku coba lakukan hingga saat ini.
5. Perjalanan
Mulus Kakakku
Dalam satu keluaga, mungkin aku tidak berlebihan kalau mengatakan kakak
nomor 6 adalah kakak yang paling mulus dalam menata hidupnya. Dari kelas 1 SD
hingga lulus MA, beliau selalu peringkat kelas ke-1. Bahkan di bangku
kuliahpun, beliau berada di jajaran mahasiswa terbaik, selain IPK-nya tinggi,
juga menerima beasiswa bulanan dari sebuah lembaga pemberi beasiswa, meskipun
tidak full. Setelah lulus, sekitar 1 tahun bekerja jadi pegawai swasta, beliau
lulus menjadi guru PNS (Pegawai Negeri Sipil) di MA yang dulu ayah dirikan, dan
saat ini sudah berubah menjadi negeri tidak lama setelah ayahku meninggal dunia.
Kegagalan yang kentara adalah ketika kelas 1 SD, beliau Caturwulan 2 hanya
mampu meraih peringkat 10 di kelasnya, mungkin salah satunya karena kakak ada kesulitan
dalam pelafalan huruf “R” (Sunda: cadel). Setelah lulus MA, beliau tidak
langsung kuliah karena tidak ada biaya, sehingga harus menunggu satu tahun
berikutnya. Begitulah kegagalan yang tampak di mataku dan beberapa kakakku.
Bagaimana tentang kisah cintanya? Entahlah, kami jarang membicarakannya.
Biarlah itu jadi bumbu penyedap buku harian kakak yang penuh keberuntungan ini
he…he….
Akan tetapi dengan kemulusan jalan yang ditempuhnya tidak membuatnya
arogan dan lupa pada diriku. Beliau tetap sayang padaku, bahkan seperti
membantu menguliahkan S1, juga memberikan Handphone untuk modal les privat dan
membantu membelikan sepeda motor sebagai teman setiaku menjalankan aktivitas
yang berjarak tempuh rata-rata 1,5 sampai 2 jam untuk tiba di tempat ngajar.
Di samping hal besar, beliau juga ketika ketemu, meskipun sangat jarang
karena tempat ngajarnya beda kabupaten dengan tempat tinggalku, seringkali
memperhatikan hal-hal kecil pada diriku, seperti rambutku yang tidak karuan,
jenggot dan kumis yang tidak terpotong, bulu ibu jari kakiku yang panjang,
parfum, jaket, olahraga, dll semuanya tidak luput dari perhatian kakak yang
satu ini. Beliau seringkali mengingatkanku untuk memperhatikan hal-hal
tersebut. Beliau masih menginginkan aku tetap muda dan segar, bahkan inginnya
aku sekali-kali menyempatkan rekreasi, karena olahrga dan rekreasi merupakan
hal yang tidak aku senangi saat ini.
Kakakku nomor 6 ini menjadi penasehatku dalam membuat hampir semua keputusan
besar, seperti kerja dan kuliahku. Yang unik adalah aku termasuk kurang gaul
(Kuper), sementara kakakku ini cukup gaul, penampilannya, cara gaulnya, bahkan banyak
jalan-jalan di kota Bandung hapal di kepalanya. Dengan sikap cool-nya
ini kadang-kadang beliau lupa tentang kerumitan hidup yang seringkali aku
hadapi. Beliau seolah-olah menganggap keberuntunganku hampir sama dengannya,
walau tidak terucap. Beliau berjiwa tenang dan optimis serta pandai membuat
keputusan baik di keluarga kami, maupun di sekolah tempat beliau ngajar.
Selamat atas kesuksesan yang Aa peroleh? Semoga menjadikan Aa menjadi motivasi
untuk hidupku, dan membuatku optimis untuk menjalani hidup ini menuju Ilahi Rabbii.
Amiin!
Beberapa sub
bahasan rencana tulisan selanjutnya:
7. Aku Baru
Sadar Bahwa Aku Ini Tidak Hemat
8. Aku
Menduga bahwa Aku Masih Jauh dari Kerja Keras
9. Khawatir
Termasuk Panjang Angan-Angan
10. Tidak
Bisa Matematik, Diberi Matematik
11. Rumahku
Surgaku
12. Aku dan
Kantin
13. Tempat
Kerjaku Menyita Waktu dan Energi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar