Selasa, 22 Mei 2012

Aku Baru Sadar Bahwa Aku Ini Tidak Hemat


7. Aku Baru Sadar Bahwa Aku Ini Tidak Hemat
Berlama-lama kuliah, aku selalu tinggal bersama keluarga, walaupun jauh dari ibu, tapi aku tetap bersama kakak. Dengan tinggal bersama kakak, pengeluaranku sehari-hari sangat hemat karena makan hampir selalu di rumah. Dunia kantin cukup jauh dariku. Biasanya ketika istirahat, teman-teman kuliahku menyerbu kantin, aku berusaha membiasakan diri menemani buku-buku perpustakaan kampus yang kecil mungil. Makan-makan, main-main, jalan-jalan dan kegiatan-kegiatan refreshing lainnya yang biasa dilakukan sebagian besar anak kampus menjadi bahan kritikanku: Kenapa mereka demikian? Padahal uang yang mereka gunakan itu kemungkinan besar uang dari orang tuanya. Kenapa mereka demikian? Padahal banyak anak-anak yang sekolah dasar pun tidak mampu, bahkan mereka sesuap nasi pun tiada. Kedua pertanyaan inilah yang menjadi tameng aku untuk menahan diri dari kebiasaan teman-teman seperti itu.
Lama rasanya aku memegang prinsip tersebut, sehingga tidak sadar telah melabeli diri sebagai mahasiswa hemat. Lama sudah perasaan tersebut melilit dalam benakku, tiba-tiba suatu waktu, aku harus kuliah jauh dari keluarga. Ternyata eh ternyata “gelar hemat” yang aku berikan padaku sendiri mulai menjadi perhatianku: Apakah benar aku ini hemat? Ketika aku makan di luar seringkali makan dengan daging dengan pertimbangan kalau aku makan hanya dengan sayur atau tempe-tahu khawatir merugikan yang punya rumah makan. Ketika aku naik bis, seringkali naik bis AC dengan pertimbangan kalau naik bis biasa khawatir ada orangtua atau perempuan yang berdiri, sehingga pastinya memaksa aku memberikan tempat dudukku, padahal fisikku belum tentu kuat untuk sampai ke kampus yang dengan bis AC saja membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Jangan-jangan ini hanya akal-akalanku saja.
Kedua kebiasaan ini terus menggelitik hati kecilku. Ternyata mau tidak mau, aku ini bukan orang hemat. Seandainya aku dapat berhemat ketika naik bis dan makan di luar mungkin bisa memberi makanan walaupun sepotong roti kepada orang-orang yang tidak mampu. Tambahan lagi, uang yang sering habis karena kesukaanku blogging. Memang blogging-ku berisi konten-konten edukatif, tapi seringkali hanya mengunduh materi-materi pelajaran, yang kemudian tersimpan di komputerku dengan berlama-lama tak terbaca.
Kini aku harus terus membangun manajemen ketiga kebiasaan “boros” itu agar lebih hemat, meskipun saat ini merk kendaraan roda dua dan pakaianku cukup jauh dari teman-teman kerjaku. Begitu juga kebiasaanku yang tidak suka jalan-jalan masih terus dipertahankan, meskipun banyak menuai pertanyaan dari teman-teman kuliah dan teman kerja. Sungguh perjuangan yang berat. Tapi inilah prinsip yang lahir dari ilmu yang diperoleh selama aku menajalani hidup ini. Semoga inilah yang terbaik di sisi-Nya.

Tidak ada komentar: