7. Aku Baru
Sadar Bahwa Aku Ini Tidak Hemat
Berlama-lama kuliah, aku selalu tinggal bersama keluarga, walaupun jauh
dari ibu, tapi aku tetap bersama kakak. Dengan tinggal bersama kakak,
pengeluaranku sehari-hari sangat hemat karena makan hampir selalu di rumah.
Dunia kantin cukup jauh dariku. Biasanya ketika istirahat, teman-teman kuliahku
menyerbu kantin, aku berusaha membiasakan diri menemani buku-buku perpustakaan kampus
yang kecil mungil. Makan-makan, main-main, jalan-jalan dan kegiatan-kegiatan
refreshing lainnya yang biasa dilakukan sebagian besar anak kampus menjadi
bahan kritikanku: Kenapa mereka demikian? Padahal uang yang mereka gunakan itu
kemungkinan besar uang dari orang tuanya. Kenapa mereka demikian? Padahal
banyak anak-anak yang sekolah dasar pun tidak mampu, bahkan mereka sesuap nasi
pun tiada. Kedua pertanyaan inilah yang menjadi tameng aku untuk menahan diri
dari kebiasaan teman-teman seperti itu.
Lama rasanya aku memegang prinsip tersebut, sehingga tidak sadar telah
melabeli diri sebagai mahasiswa hemat. Lama sudah perasaan tersebut melilit
dalam benakku, tiba-tiba suatu waktu, aku harus kuliah jauh dari keluarga.
Ternyata eh ternyata “gelar hemat” yang aku berikan padaku sendiri mulai
menjadi perhatianku: Apakah benar aku ini hemat? Ketika aku makan di luar
seringkali makan dengan daging dengan pertimbangan kalau aku makan hanya dengan
sayur atau tempe-tahu khawatir merugikan yang punya rumah makan. Ketika aku
naik bis, seringkali naik bis AC dengan pertimbangan kalau naik bis biasa
khawatir ada orangtua atau perempuan yang berdiri, sehingga pastinya memaksa
aku memberikan tempat dudukku, padahal fisikku belum tentu kuat untuk sampai ke
kampus yang dengan bis AC saja membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Jangan-jangan
ini hanya akal-akalanku saja.
Kedua kebiasaan ini terus menggelitik hati kecilku. Ternyata mau tidak
mau, aku ini bukan orang hemat. Seandainya aku dapat berhemat ketika naik bis
dan makan di luar mungkin bisa memberi makanan walaupun sepotong roti kepada
orang-orang yang tidak mampu. Tambahan lagi, uang yang sering habis karena
kesukaanku blogging. Memang blogging-ku berisi konten-konten edukatif, tapi
seringkali hanya mengunduh materi-materi pelajaran, yang kemudian tersimpan di
komputerku dengan berlama-lama tak terbaca.
Kini aku harus terus membangun manajemen ketiga
kebiasaan “boros” itu agar lebih hemat, meskipun saat ini merk kendaraan roda
dua dan pakaianku cukup jauh dari teman-teman kerjaku. Begitu juga kebiasaanku
yang tidak suka jalan-jalan masih terus dipertahankan, meskipun banyak menuai
pertanyaan dari teman-teman kuliah dan teman kerja. Sungguh perjuangan yang
berat. Tapi inilah prinsip yang lahir dari ilmu yang diperoleh selama aku
menajalani hidup ini. Semoga inilah yang terbaik di sisi-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar