Komputer-komputer didesain secara spesifik untuk memungkinkan data direkam dan diproses secara cepat dan akurat. Karena itu, komputer tersebut memiliki kapasitas merekam, menganalisis dan melaporkan outcome pemilihan yang melibatkan jutaan pemilih dalam hitungan menit, jika bukan detik. Dalam kajian sistem voting elektronik yang digunakan oleh sejumlah parlemen Eropa, contohnya, ditemukan bahwa voting membutuhkan rata-rata 30 detik, sedangkan di Commonwealth House of Representatives, masing-masing divisi membutuhkan delapan dan sembilan menit. Jadi, penggunaan sistem elektronik telah menyimpan kira-kira sembilan jam per tahun untuk tiap anggota (House of Representatives 1994, p. 20). Pemrosesan instan suara tidak selalu diperlukan dan ketentuan akan mengharuskan para pemilih memiliki waktu yang cukup untuk berpikir sebelum memberikan suaranya, dan juga untuk meralat kesalahan. Penyebaran publik real-time dari outcome voting juga tidak akan diinginkan karena ini dapat mempengaruhi voting suara mereka. Ini dapat dicegah dengan larangan legislatif terhadap publisitas hasil-hasil pemilihan hingga voting benar-benar ditutup. Hasilnya dapat dilihat secepatnya.
Kesulitan lebih jauh terkait pemrosesan suara dengan cepat berhubungan dengan kapasitas pemrosesan data server pemerintah dan Internet service providers jika seluruh populasi pemilih memilih untuk voting pada waktu yang sama (Mitchell 2000). Bahkan dalam percobaan voting elektronik ACT, kapasitas server mengarah ke beberapa kesulitan yang sedang ditemukan. Kapasitas komputasi yang memadai harus disediakan agar sistem dapat mengatasi traffic. Alternatifnya, voting melebihi sejumlah hari dapat diperbolehkan untuk mencegah sistem dari overload. Di Australia, para pemilih seringkali membiarkan voting beberapa saat, yang terbukti sulit dicegah. Tambahan pula, voting yang tersedia lebih dari sejumlah hari akan mengubah teknik kampanye politik yang di masa lalu sudah diarahkan ke hari polling terakhir secara khusus (Green 2000).
Accessibility
Jika Internet voting telah diadopsi, kesulitan-kesulitan logistic berkaitan dengan postal voting akan diatasi di manapun pemilih berada akan dapat memberikan suara dengan cara dan waktu yang sama. Ini berarti bahwa warga Australia yang berada di Inggris, misalnya, dapat menggunakan Internet untuk voting dalam pemilu Australia—dengan demikian menghindari kebutuhan pengiriman kira-kira 18 ton bahan voting ke Inggris ketika pemilu Australia diselenggarakan (Mitchell 2000).
Kesulitan praktis utama muncul dengan alasan kebutuhan untuk menyediakan setiap pemilih dengan mengakses terminal komputer, dan bagi para pemilih dilatih dalam memanfaatkan teknologi-teknologi relevan. Australian Bureau of Statistics telah menemukan bahwa 50% populasi dewasa telah memperoleh akses ke Internet dalam 12 bulan hingga November 2000—6.9 juta dewasa (Australian Bureau of Statistics 2001). Persentase ini harus ditingkatkan cara alternatif lain disediakan untuk voting elektronik. Mereka yang tidak memiliki akses ke personal computer dan modem di rumah atau tempat kerja, misalnya, memberikan suara di Internet cafés, yang sedang bertambah banyak.
Jika voting elektronik secara penuh menggantikan paper voting, tabungan finansial yang dibuat oleh AEC dapat dialihkan ke pendirian terminal-terminal voting di lokasi jauh untuk memberikan akses, seperti untuk mempublikasikan program-program pendidikan. AEC mungkin juga harus mengangkat helpdesk dan staf untuk menawarkan bantuan terhadap mereka yang tidak familiar dengan komputer. Sebagai alternatif, Wireless Application Protocol (WAP) mobile telephones lebih banyak tersedia, voting dengan mobile telephone dapat digunakan.
Kerahasiaan dan Deliberasi
Dalam beberapa, tapi tidak semua, kerahasiaan konteks voting harus disajikan untuk menjamin bahwa para pemilih tidak memperoleh konsekuensi yang merugikan selama memberikan suara dalam cara tertentu. Dalam pemilu konvensional, individu memberikan suara dengan tanpa nama di ruang pemberian suara yang menghargai tingkat privacy ketika voting.
Jika voting elektronik diadopsi, kerahasiaan dapat ditingkatkan atau direduksi. Voting menggunakan Internet di rumah dapat dilakukan secara privat dan memungkinkan deliberasi yang lebih besar daripada yang diselenggarakan di stasiun polling publik. Dalam situasi lain, misalnya Internet café publik, ruang kantor yang sesak—atau benar-benar di dalam ruang keluarga di rumah—privacy mungkin sulit diperoleh, dengan para pemilih yang tekan atau bahkan dipaksa oleh teman atau keluarga untuk memberikan suara dalam cara tertentu, atau bahkan menjual suaranya demi hadiah finansial. Voting dalam keadaan seperti itu dapat juga kurang memperhatikan pentingnya aktivitas dan, tentu, akan berarti bahwa partai-partai politik tidak akan mampu menyediakan bagaimana menggunakan kartu suara di bilik suara dengan harapan mempengaruhi para pemilih yang ragu-ragu. Tambahan pula, konsentrasi telah mengekspresikan bahwa respon voting individu dapat dicocokkan dengan identitas individu, memunculkan kemungkinan balasan terhadap pemberian suara dalam cara tertentu (Green 2000). Kontrol internal yang benar dalam lembaga yang menerima suara akan mencegah kecurangan seperti itu, dan masih memungkinkan untuk melakukan investigasi terhadap ketidak-teraturan voting.
Ketelitian dan Keamanan
Komputer mampu memproses informasi dengan tingkat akurasi tinggi—jauh dibandingkan ketika manusia melakukan tugas-tugas clerical secara manual. Kesulitan yang ditemukan dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2000, di mana punch-card ballot harus bercerita, mengilustrasikan masalah administratif dan ketidakakuratan yang berhubungan dengan penghitungan kertas surat suara dengan baik (Manjoo 2000). Teknologi-teknologi digital dapat juga didesain untuk menyediakan level keamanan tinggi melalui penggunaan enkripsi yang membuatnya sangat tidak mungkin untuk transmisi data enkripsi untuk dibaca dan dipahami.
Terdapat sejumlah contoh global tentang jaringan komputer dalam sektor publik dan privat yang dimasukkan tanpa otorisasi, dan perubahan serta manipulasi data. Dalam satu kasus, seorang laki-laki 24 tahun di Brisbane memperoleh akses ke dan terganggu dengan sistem komputer AEC, berbagai universitas Australia, dan lembaga-lembaga di Amerika Serikat seperti NASA. Dia dihukum tanggal 27 Desember 1996, divonis hingga tiga tahun penjara dan harus membayar denda komputer dan modemnya ke Commonwealth (Australian Federal Police 1997, p. 24).
Seringkali kasus-kasus ini muncul karena ukuran keamanan yang cukup, seperti firewalls dan kontrol internal, bukan pada tempatnya, sehingga memungkinkan para hacker internal dan eksternal dapat mengakses sistem. Persediaan backup dan fasilitas storage yang cukup juga penting untuk mengatasi kehilangan data baik yang disengaja maupun tidak.
Dalam level lebih praktis, proteksi fisik para pemilih dari intimidasi juga harus dipertimbangkan. Dengan menghadiri bilik suara di tempat publik, risiko intimidasi tereduksi—walaupun contoh-contoh sejarah menggambarkan adanya pemaksaan terhadap para pemilih dalam cara tertentu di bawaha ancaman kekerasan fisik (lihat Borough of Cheltenham (1869) 1 O’M. & H. 62, dimana prize-fighter terlibat dan berkepentingan dari kandidat untuk mengintimidasi para pemilih). Jika voting diselenggarakan di rumah atau di lokasi privat lainnya, risiko intimidasi dapat diperburuk dan bahkan bisa juga memaksa para pemilih untuk memasukkan password atau memberikan jari untuk discan agar suaranya dapat dimanipulasi. Apakah ini bisa terjadi di skala yang cukup besar untuk mempengaruhi outcome pemilihan itu menjadi dugaan dan, tentunya, tingkah laku seperti itu akan menerima hukuman kriminal yang berat.
Istilah:
Voting: pemberian suara
Diterjemahkan dari:
Russell G. Smith. 2002. Electronic Voting: Benefits and Risks. Trends & Issues in crime and criminal justice, Australian Institute of Criminology, No. 224, ISBN 0 642 24261 5.
Lanjutannya ketik di kotak Search: Autentikasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar