DOSEN HARUS BELAJAR ILMU PENDIDIKAN
Dosen banyak yang lulusan dari non kependidikan, sehingga kemampuan pedagogik harus dipelajari secara otodidak, di luar jurusannya. Hal ini perlu karena dosen memiliki aktivitas utama yaitu transfer ilmu kepada mahasiswa. Karena mahasiswa itu makhluk hidup, maka ketika proses transfer tersebut, tentunya tidak semudah menuangkan air dari ceret ke gelas. Ceret dan gelas itu benda mati, jadi tidak banyak ulah. Sedangkah mahasiswa merupakan makhluk hidup, bahkan dikenal banyak ulah (kerennya sih kritis). Dengan demikian dosen juga harus memiliki strategi-strategi jitu untuk mentransfer ilmunya kepada mahasiswa tersebut.
Kemampuan dosen untuk mengkaji ilmu pendidikan di luar kampus (di luar jurusan yang ia ambil) sangat memungkinkan, karena mekanisme pembelajaran sudah dimiliki sebagai pengalaman di masa kuliah di jurusannya. Yang terpenting adalah adanya kemauan dosen untuk memaksimalkan proses transfer ilmu itu. Ciri ketika dosen ada kemauan transfer ilmu adalah adanya kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada mahasiswa, sehingga komunikasi keduanya tidak kaku, jual mahal, merasa lebih penting, merasa lebih senior, takut mahasiswa melunjak, takut ketahuan kelemahan oleh mahasiswa, dan sifat-sifat primitif dosen lainnya. Sifat-sifat seperti inilah yang sangat mengganggu kesempatan mahasiswa untuk berkarya.
Berkarya itu tidak cukup dilakukan oleh mahasiswa berprestasi akademik terbaik, tapi mahasiswa yang tergolong bodoh sekalipun, bahkan malas, mereka harus didorong untuk menuliskan isi benak mereka. Inilah karakteristik dosen yang dibutuhkan di era modern ini.
Berkomunikasilah dengan mahasiswa seperti halnya Rasulullah selalu mengucapkan salam lebih duluan (bukan nunggu para sahabat/umat mengucapkan salam), bukan pula menunggu mahasiswa mendatangi dosen seperti layaknya “prajurit menghadap baginda raja.” Berhentilah merasa lebih pintar, karena yakinilah bahwa gelar profesor bisa saja dikalahkan oleh mahasiswa yang baru masuk perkuliahannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar