Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sahabat-sahabat yang saya banggakan!
Selamat datang dalam pembahasan tentang Kesulitan Dalam Bimbingan Skripsi.
Skripsi merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan oleh mahasiswa di akhir studinya. Skripsi inilah yang agak sering ditanyakan kepada saya oleh anak-anak SMA yang tertarik untuk kuliah. Dari pertanyaan inilah, saya jadi bertanya juga ada apa dengan skripsi?
Ternyata, informasi yang saya peroleh bahwa skripsi itu susah. Yang menjadi susah bukan saat sidangnya saja, tapi ketika bimbingannya pun susah. Nah, kesulitan saat bimbingan inilah yang akan saya bahas di sini.
Beberapa kesulitan yang dialami oleh mahasiswa saat bimbingan:
1. Mahasiswa tidak punya ide.
Tentang ide ini sebenarnya bisa dikomunikasikan dengan pembimbing. Saat bimbinganlah peran pembimbing sangat besar, yakni memotivasi, memberikan ilustrasi, dan memberikan solusi.
Tidak cukup bagi seorang pembimbing mengatakan ini salah itu salah. Juga tidak layak pembimbing hanya menunggu dihubungi oleh mahasiswa karena berprinsip bahwa mahasiswalah yang butuh pembimbing. Padahal setahu saya, pembimbing juga jauh lebih butuh mahasiwa. Apa buktinya? Bukankah pembimbing mempunyai kewajiban untuk membimbing mahasiswa dengan salah satu buktinya menerima gaji dosen tiap bulan? Bukankah pembimbing itu perwakilan dari orangtua yang biasanya menyayangi anaknya, dalam hal ini mahasiswa? Bukankah yang membutuhkan pahala di sisi Tuhan itu bukan hanya mahasiswa, tapi pembimbing juga jauh lebih membutuhkannya karena sebagai tanda taubat atas kelalaian dalam mengurus mahasiswanya? Ini jarang disadari, termasuk oleh saya sendiri.
Jadi, ide mahasiswa adalah ide pembimbing. Sukses mahasiswa adalah sukses pembimbing.
2. Pembimbing super sibuk
Masalah kedua ini hampir sangat ditolerir oleh mahasiswa keseluruhan. Padahal, bukankah seorang pembimbing sudah menyatakan kesanggupannya untuk membimbing mahasiswa dalam penyusunan skripsinya? Bukankah tugas pembimbing yang utama adalah memperhatikan mahasiswanya? Sungguh ironis, apabila masih ada mahasiswa yang kesulitan meminta waktu untuk bertemu dengan pembimbing. Sungguh miris, apabila mahasiswa harus menunggu berjam-jam karena waktu pertemuan yang sudah disepakati seringkali diundur-undur oleh pembimbingnya karena sibuk, atau bahkan bisa saja dibatalkan. Apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita sebagai pembimbing? Saya juga heran.
Untuk kesempatan ini dua kesulitan saja dulu, saya rasa cukup. Apabila masalah ini bisa diatasi, maka saya yakin tidak ada lagi ketegangan yang luar biasa di masa-masa bimbingan. Tidak ada lagi kabar bahwa bimbingan itu menyeramkan.
Tidak ada pembimbing menyalahkan begitu saja berkas skripsi, tanpa solusi yang diberikan? Tidak akan terjadi lagi adanya “pembantaian” pembimbing pada mahasiswa yang berupa koreksi-koreksi asal coret saja, tanpa solusi. Kalau ada alasan melatih mental mahasiswa, maka latihlah mental mereka dengan berbagai tahapan.
Sungguh berdosa seorang pembimbing ketika mengabaikan mahasiswanya mengalami kesulitan dalam bimbingan skripsi, padahal masa depan mahasiswa tersebut masih panjang dan masih banyak masalah-masalah lain yang harus dihadapinya. Orangtua mahasiswa banyak yang menaruhkan jiwa dan raga untuk membiayai anaknya yang sedang bimbingan. Banyak orangtua yang rela mengurangi takaran makannya demi anaknya yang sedang kuliah. Banyak orangtua yang menaruh harap anaknya dapat lulus dengan tepat waktu, karena sudah kehabisan bekal. Banyak orangtua yang merasa teriris hatinya penuh kebingungan ketika mahasiswanya tidak lulus-lulus karena bimbingan skripsinya tidak kunjung selesai.
Tangis orangtua mahasiswa adalah tangis kita sebagai dosen juga. Duka lara orangtua mahasiswa adalah duka kita sebagai pembimbing anaknya di kampus. Sungguh bahagia orang tua, jikalau anaknya kita bahagian dan berikan kabar gembira tentang kuliahnya. Kita sambut mahasiswa seperti layaknya kita menyambut anak kandung sendiri yang paling kita sayangi.
Untuk itu, mari-mari-mari, mari kita proaktif, tanyakan, sms, telepon, berikan wajah penuh kasih sayang kepada mahasiswa kita, berikan sikap yang penuh sayang kepada mereka, agar mereka tidak segan curhat dan konsultasi tentang bimbingan kepada kita. Kita harus selalu ingat, bahwa mahasiswa itu anak kita, dan kita pasti diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.
Berhentilah membenamkan diri kita dalam kesibukan sendiri, karena toh kita telah memilih untuk menjadi seorang dosen, yang tentunya tugas kita adalah melayani mahasiswa, mengejar mahasiswa bukan dikejar mahasiswa, memperhatikan mahasiswa bukan ingin diperhatikan mahasiswa. Mari kita pangkas kebiasaan-kebiasaan kita yang membuat mahasiswa menderita! Kita dukung mahasiswa segera menata masa depannya!
Sekian dulu pertemuan kita kali ini. InsyaAllah kita bertemu di lain kesempatan.
Salam hangat buat sahabat-sahabat dosen! Salam hangat buat sahabat-sahabat mahasiswa. Semoga pembahasan ini bermanfaat! Terimakasih
Saya Komarudin Tasdik
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar