Tampilkan postingan dengan label Umum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Umum. Tampilkan semua postingan

Minggu, 24 Juni 2012

badai itu pasti berlalu


Ketika ada masalah, seringkali terucap: “Hadapilah hidup ini dengan penuh ketegaran, karena badai itu pasti berlalu.”

Saya tegaskan lagi: “Seandainya badai tersebut tidak berlalu juga, tidaklah pantas menjadikan manusia duduk terpaku.”

Sabtu, 16 Juni 2012

MANAJEMEN KEMISKINAN


Sekarang saya sedang memikirkan bagaimana cara membuat MANAJEMEN KEMISKINAN yang tepat?
“Kiat sukses menjadi orang kaya”, saya lebih setuju “Kiat menjadi orang kaya yang sukses.”
“Kiat sukses mengumpulkan banyak uang”, saya lebih setuju “Kiat mengumpulkan banyak uang yang sukses”.
Kedua ungkapan revisi di atas akan sepadan dengan ungkapan ini:
“Kiat menjadi orang miskin yang sukses, “Kiat mengumpulkan sedikit uang yang sukses.”

Selengkapnya

Minggu, 03 Juni 2012

UNTUK SAHABATKU FAKIR MISKIN


UNTUK SAHABATKU FAKIR MISKIN!


Salam hangat buat sahabat-sahabat semua!
Pertama-tama, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para fakir miskin di manapun sahabat berada! Dari dulu bercita-cita ingin berbuat untuk sahabat-sahabat tapi belum mampu. Sekarang walaupun dipenuhi rasa malu, saya kuatkan tekad untuk berbuat untuk sahabat-sahabat melalui tulisan yang sangat sederhana. Bukan tidak mau memberikan tulisan yang sangat bagus, tapi inilah yang bisa saya lakukan saat ini. Semoga sahabat-sahabat berkenan memaafkan atas kelancangan saya ini.
Saat ini saya sedang berusaha menuliskan semua cita-cita dan harapan yang pernah mampir di dalam benak dan hati saya. Meskipun sampai saat ini saya masih miskin dan belum termasuk orang cerdas…he…he…, izinkan dengan penuh kerendahan hati saya tetap berbagi isi benak dan isi hati yang pernah bersemayam selama puluhan tahun saya belajar mulai sekolah sampai kuliah. Seandainya cita-cita dan harapan ini belum saya wujudkan, barangkali ada di antara sahabat yang menganggapnya bermanfaat dan mampu mewujudkannya.
Tulisan ini dianggap penting karena saya seringkali memperoleh informasi bahwa masih banyak orang yang belum mampu kuliah, bahkan sekolah pun terputus. Nah, dengan tulisan-tulisan saya yang banyak menggambarkan pengalaman selama kuliah, paling tidak, memberikan gambaran kepada sahabat-sahabat yang belum berkesempatan kuliah tanpa bermaksud menggurui dan merendahkan siapapun. Lebih jauh lagi, semoga tulisan ini membantu memunculkan ide bagi sahabat-sahabat yang ingin menulis atau berkarya, terutama yang ada kaitannya dengan pendidikan.
Kajian komputer, bahasa Inggris dan bahasa Arab meskipun hanya setitik ilmu yang pernah nyangkut di kepala saya akan dibagi di sini dengan harapan komunitas belajar ketiga kajian tersebut akan terwujud tidak lama lagi. Bahkan kalau ada rezeki, insyaAllah bisa juga diadakan tatap muka dengan saya yang dihadiri oleh para anak jalanan, pemulung, buruh kasar, buruh tani, pedagang asongan, pengangguran dan sebangsanya. Hal ini dimaksudkan andaikan ada yang termotivasi untuk memanfaatkan ilmu yang sudah saya miliki, bukan tidak mungkin bisa membantunya dalam mendapatkan sesuap nasi.
Tulisan-tulisan saya sebenarnya dapat diakses di semua blog yang terkait ke blog ini, tapi yang khusus memuat tulisan UNTUK SAHABATKU FAKIR MISKIN dapat dibaca pada label FAKIR MISKIN.
Salah satu langkah yang sudah saya lakukan adalah penyusunan e-book gratis. InsyaAllah akan terus saya perbaiki dan tingkatkan jumlahnya, hingga layak cetak untuk dibagikan kepada para fakir miskin dengan gratis.

Terimakasih
Komarudin Tasdik

Selasa, 22 Mei 2012

Ibuku Sayang, Maafkan Aku Tidak Bisa Membuat Hatimu Bangga


18. Ibuku Sayang, Maafkan Aku Tidak Bisa Membuat Hatimu Bangga
Mah=> Panggilanku pada Ibu, dalam bahasa Sunda: Mah adalah kependekan dari Mamah. Mamah berarti Ibu.
Mah…….
Maafkan anakmu ini
Bertahun-tahun sudah merepotkanmu, sejak lahir sampai sekolah
Membuatmu resah dan gelisah
Membuatmu harus menekan rasa marah dengan kuat-kuat
Memang aku bukan anak yang berbakti pada orangtua
Mamah berhak marah padaku
Mamah berhak kecewa padaku
Keluar sekolah untuk kuliah
Ku tinggalkan mamah bersama adikku yang masih kecil
Penuh harap cita-citaku tercapai dan dapat membahagiakanmu, Mah….
Tapi…..
Sepuluh tahun sudah aku jauh dari Mamah
Sepuluh tahun aku tidak memberi perhatian kepada Mamah seperti layaknya anak orang lain yang shaleh
Sepuluh tahun aku menelantarkan adikku yang masih butuh perhatianku sebagai penyampai peran ayah yang sudah meninggal dunia sejak adikku usia balita
Pernah tersirat ada harapan jalan membahagiakan mamah
Tapi…
Kini harapan itu….rasanya semakin tidak jelas, semakin tak berarah ditelan kegelapan masa depan suram hidupku ini
Tak ada maksud melupakanmu, Mah……
Aku masih ingat dan akan terus ingat jasa-jasamu yang tak mungkin ku hitung satu per satu
Engkau telah bersusah payah mendidikku, walau sudah ditinggal ayah
Walau aku tidak bisa berbakti kepadamu, semoga Allah melipatgandakan pahala untukmu. Itulah satu-satunya harapanku saat ini.
Sungguh aku tak tahu harus bilang apa padamu
Sungguh aku tak tahu harus berbuat apa untukmu
Hanya satu harapan….
Semoga Mamah berkenan memaafkanku
Agar Ayah tidak begitu kecewa atas diriku
Sebagai anaknya yang tidak bisa berbuat apa-apa mewarisi kebaikan yang sudah ditebarkan ayah di masa hidupnya.
Maafkan aku Mah….maafkan….
Semoga ada jalan dari anak-anakmu yang lain untuk membuat hatimu bahagia
Aku tidak marah, Mamah lupakan
Aku pantas, Mamah merasa kecewa
Sungguh tak ada maksud mengecewakan Mamah
Sungguh Mah…….
Maaf Mah……
Hapuslah air mata doa Mamah, karena mungkin itu hanya akan mengundang kekecewaan
Sungguh mahal air mata doa Mamah…
Biarlah anakmu yang lain yang mendapatkannya, karena mungkin mereka lebih pantas
Bukan aku menolak,
Aku tetap mengharap air mata doa Mamah
Tapi aku malu dan khawatir mengecewakan Mamah
Maaf ya Mah……maaf…..

***
Topik selanjutnya…..melamun dulu……

Hilang Sudah Harapanku


17. Hilang Sudah Harapanku
Sudah lama mengejar cita-cita dengan mengorbankan berbagai kebiasaan seorang manusia pada umumnya. Gaul di masa remaja, main-main dengan teman kuliah dan kebiasaan anak muda lain telah ku singkirkan jauh-jauh dari kehidupanku, penuh harap masa depanku akan lebih baik.
Kesulitan-kesulitan, susah payah, halang-rintang, ku lalui dengan berusaha sesabar mungkin, walau seringkali sambil menggerutu, mungkin karena keimananku yang sangat tipis.
Ku relakan hidup dalam serba kesusahan, ku tunda karir yang pernah dijalani demi cita-cita kuliah ke jenjang yang lebih tinggi. Peluang karir yang walaupun tidak sebesar orang lain yang sukses, aku kira sudah bisa mengurangi derita kemiskinan hidup ini. Tetapi, demi cita-cita yang sudah terbangun sejak kecil untuk merasakan jenjang pendidikan sampai puncak, aku merelakan semua peluang nafkah yang sudah terbuka tertunda.
Kini nasib belajarku tidak jelas. Itu salah, ini salah. Energi terkuras bukan untuk menulis karya tulis, tapi habis ditelan kestresan karena dibayang-bayangi salah melulu sebagai vonis atas hasil tulisanku. Padahal, hanya satu langkah lagi yang harus ku selesaikan saat ini, yaitu karya tulis. Tapi rasanya, sampai detik-detik batas akhir waktu studi belum juga ada titik terang. Apa yang harus aku lakukan? Aku sedih, malu, hatiku serasa teriris sembilu, tak tahu apa yang akan terjadi, tak tahu apa yang harus ku lakukan. Ya Allah, semoga Engkau berkenan membimbing hamba. Hanya Engkaulah satu-satunya yang ku harapkan saat ini. Ikhtiarku dalam belajar yang sudah ku lakukan bertahun-tahun serasa nol besar, tiada sedikit pun menjadi kekuatanku saat ini. Kini, ku lupakan semua kekuatan, karena toh rasanya semua yang pernah ku miliki sudah lepas, hanya ada setitik harapan agar keimananku kepada-Mu masih Engkau pelihara agar aku tidak jadi hamba yang durhaka. A’udzubillah!
Seandainya taqdir sudah tergariskan untuk memotong semua harapan masa depanku yang lebih baik, aku sedang belajar terus dengan ikhlas menerimanya. Tiada lagi harapan, tiada lagi cita-cita. Seandainya aku masih bisa berbagi sepotong TAHU dan BALA-BALA yang pernah menjadi makanan kesukaanku kepada fakir miskin, aku sudah sangat bersyukur. Seandainya aku masih bisa berbagi SATU HURUF dari ilmu yang pernah ku pelajari sampai saat ini kepada fakir miskin, aku sudah bersyukur. Akan tetapi, berbagi sepotong TAHU, sepotong BALA-BALA dan SATU HURUF ILMU itu tidaklah jadi harapanku saat ini. Hal tersebut hanya seandainya taqdir mengharapkan demikian.
Seandainya aku dipaksa menuangkan harapanku yang tersisa, hanyalah imanku kepada Allah semoga masih ada walau sepercik cahaya lampu redup di tengah gelap gulita. Akan tetapi, apabila memang aku tidak pantas mendapatkannya, aku tidak akan memaksa, aku hanya pasrah dan berusaha meyakini bahwa aku memang tidak punya hak atas itu semua. Semua yang berkaitan denganku, bahkan nyawaku pun tidak ada hak bagiku untuk merasa memilikinya, karena itu semua hanya milik Allah semata. Ya Allah, ampunilah segala dosa-dosa hamba-Mu ini.
Mungkin, kebaikan selama ini yang muncul atau tertuang dari kata-kataku tidak setulus isi hatiku. Cita-citaku yang baik tidak sebaik yang ada dalam detak jantungku. Harapanku untuk membantu sesama, terutama fakir miskin yang seringkali ku dengungkan, mungkin tidak seirama dengan denyut nadi dan aliran darah di seluruh badanku. Engkau Maha Mengetahui yang tampak dan yang tersembunyi, mungkin saja diriku ini sudah lama memendam kemunafikan, kepura-puraan, kebohongan. Tetapi itu semua bukan maksudku sesungguhnya. Ku serahkan diri ini kepada-Mu. Engkaulah Yang Maha Memiliki diriku ini.
Ya Allah ampuni hamba…….! Amiin!
Tiada kesengajaan membuat diri ini semakin jauh dari-Mu
Engkau Maha Mengetahui
Engkau Maha Pengampun
Tiada Tuhan selain Allah. Tiada daya dan upaya, kecuali kehendak-Mu
Ya Allah…..Ya Rabbi…..