Selasa, 04 September 2012

Raport Merah/Hitam Dosen


Raport Merah/Hitam Dosen

Sudah lama terdengar mahasiwa merasa kesulitan dalam menjalani perkuliahannya. Tentu, tidak semua kehidupan kampus menyedihkan, dan ini patus diapresiasi sebesar-besarnya atas jasa-jasa para dosen dan civitas akademika. Akan tetapi, untuk perbaikan selanjutnya perlu dicarikan solusi, minimal kritikan/masukkan dari berbagai pihak, misalnya dari mahasiswa kepada dosennya.
Saya pikir Raport Merah/Hitam Dosen harus disusun oleh setiap mahasiswa. Apakah mahasiswa bersangkutan merasa dipersulit/dipermudah oleh seorang dosen? Ini bisa menjadi isi raport tersebut. Salah satu contoh konkrit, bagaimana pendapat mahasiswa terhadap sikap dosen pembimbingnya? Raport tersebut bisa dibuat dengan bahasa formal maupun non-formal. Bahasa ilmiah bisa saja diberikan kepada kampus atau langsung ke dosen bersangkutan (kalau berani) setelah mahasiswa lulus, karena kalau belum lulus bisa-bisa mahasiswa tersebut tidak lulus-lulus tuh. Ha…ha…
Raport hitam itu sebagai bentuk apresiasi, sedangkan raport merah sebagai bentuk masukkan buat dosen yang menurut “kabar burung” seringkali merasa ingin lebih “dipuja” mahasiswanya. Raport merah perlu untuk menghentikan “kebengisan” dosen kepada mahasiswanya, lebih halusnya memperbaiki komunikasi dosen terhadap mahasiswa agar tidak tampak dosen super sibuk dan dosen super cerdas yang membuat mahasiswa gelagapan ketika ingin menemuinya.
Pendek kata, Merah/Kuning/Hijau/Hitam sikap dosen harus diabadikan dalam sebuah tulisan mahasiswanya. Terlepas apakah itu pandangan subjektif ataupun obyektif, tidak perlu ditakuti khawatir salah penilaian, biar kampus atau dosen bersangkutan melihat langsung rekapitulasi raport-raport merah yang dibuat dari semua mahasiswa, sehingga akan diperoleh kesimpulan kolektif apakah dosen tersebut relatif baik atau tidak.
Saya menginginkan tidak ada lagi perasaan resah-gelisah, takut-khawtir, bersimbah keringat dan kekakuan mahasiswa ketika bertemu dosen. Eh..lupa. Raport merah yang disajikan dalam bahasa formal sebaiknya tidak dipublikasikan. Tapi kalau ditulis dalam bahasa non-formal sebaiknya pampang saja di manapun media publikasi ada, blog salah satunya (Kalau publikasi, pastikan tidak ada pihak yang dipojokkan secara langsung ya…entar terjerat UU ITE tuh). Enak juga lho…selain memberikan masukan, blog kita semakin banyak isinya, juga mungkin saja menjadi sebuah e-book yang membahas romantika kampus dengan bahasa non-ilmiah seperti kumpulan cerpen atau novel. Mari kita coba!
Selain masukkan buat dosen, raport ini juga bisa menambahkan tingkat kegemaran bangsa Indonesia dalam dunia tulis-menulis. Bayangkan saja, contoh sederhana, kampus kecil yang mahasiswanya sangat sedikit memiliki 20 lulusan saja berarti Indonesia sudah punya buku (tentang raport merah dosen, ngeri ya…) sebanyak 20 buku. Belum lagi di Indonesia banyak sekali perguruan tinggi, ambil contoh ada 10 perguruan tinggi saja, totalnya 200 buku. Waaaaaaaaaaaaw …..! Banyak sekali bukan? Tiap tahun tuh….karena tiap tahun pasti ada kelulusan…! Di samping itu, ada kemungkinan dosen yang kena kritikan raport merah tersebut, bisa saja memberikan buku balasannya seperti “Dosen Menggugat”. Wah nambah banyak lagi tuh jumlah bukunya. Ayooooo bikin raport merah dosen……!
“Bagi para dosen, jangan khawatir, saya juga mungkin akan kena getahnya tulisan ini dari mahasiswa saya yang kontra, tapi akan saya jadikan getah karet saja atau jarak biar bernilai produktivitas lebih tinggi…”. Jaga marah, telurkan jawaban dalam tulisan!

Babakan Cikalama, 4 September 2012
Komarudin Tasdik


Tidak ada komentar: