Selasa, 14 Februari 2012

Belajar Mengendalikan Diri dalam Wall Facebook

Secanggih apapun teknologi informasi seperti Facebook, tetap saja menuntut diri penggunanya agar menulis dengan cerdas. Pikiran kita dapat merenungkan hal-hal berikut:
1.      Menggunakan kata-kata yang santun di FB. Kalau tidak, akan berakibat:
a.       kerugian secara fisik, seperti sengaja bertemu untuk “adu tinju”
b.      kerugian nama baik, ketika suatu saat menjadi pemimpin, orang yang tahu kata-kata jelek kita di wall kemungkinan akan mencibir.
2.      Menulis status FB yang bermanfaat. Bermanfaat tidak selalu bernilai besar, tapi refreshing yang bernilai pendidikan, seperti merangkai kata-kata indah atau agak tertata (berusaha), tidak dijadikan luapan kemarahan, karena penulisnya akan menanggung malu di waktu yang akan datang.
3.      Adanya saling sapa dan saling komentar pada FB membuat orang betah dan ketagihan untuk berlama-lama (minimal sering) membuka FB-nya. Ini kadang-kadang melupakan kontrol terhadap pulsa dan waktu yang sudah dikeluarkan. Bisa saja, orangtua jadi sasaran empuk anaknya minta pulsa.
4.      Menggunakan pakaian yang wajar
a.       Koleksi foto FB harus sering direnungkan.
Foto pria berotot, direnungkan lagi: Apakah aku akan hidup dengan memamerkan otot di masa depanku? Foto memeluk pacar: Apakah foto ini tidak akan membuat malu kita di masa yang akan datang? Nanti dilihat suami/isteri lho, bahkan anak cucu kita, atau foto lainnya. Mari kita ingat, foto itu akan berpengaruh terhadap jalan usaha menata masa depan kita masing-masing.
b.      Yang biasa berkerudung, indah kiranya apabila di FB tetap tidak membuka kerudung, seandainya suatu waktu ada yang menjadi isteri ustadz, kiyai, guru agama atau bahkan menjadi pejuang Islam (takdir siapa yang tahu, kecuali Allah), sahabat tidak terlalu merasa berdosa.
c.       Yang belum berkerudung, memakai pakaian yang tertutup sewajarnya di FB akan mendorong cita-cita sahabat positif ke depan. Daya tarik dapat terpancar dari status-status yang kita tulis, juga wajah yang tulus. Senyum manis sudah menjadi pancaran pesona indah yang membuat orang lain tak berdaya he…he.. (so, tak perlu ditambah ya..). ***Komarudin Tasdik

Tidak ada komentar: