Senin, 16 Januari 2012

Rencana e-book: ORANG MISKIN MENCICIPI PENDIDIKAN


Rencana topik yang akan dibahas dalam Penulisan e-book:
ORANG MISKIN DAN BODOH MENCICIPI PENDIDIKAN TINGGI

1.      Pantas saja do’a tidak spesifik, seperti meminta uang jadi meminta rizki karena agar tidak kecewa ketika merasa tidak terkabul. Do’a cenderung untuk kekuatan iman bukan untuk suatu cita-cita seperti ingin jadi pengusaha, ingin sedekah dengan uang “cukup”, dll, karena pengabulan iman itu tidak terlihat oleh orang yang memintanya sehingga jauh dari perasaan tidak dikabulkan. Tapi kalau kita ingin bersedekah walaupun menurut pertimbangan kita itu baik, kita terus berharap karena itu dianggap merupakan kebaikan untuk umat, belum tentu juga doa kita terasa dikabulkan, sehingga kita akan kecewa.
2.      Indonesia butuh praktisi daripada ilmuwan (Bob Sadino,Tingkatkan Partisipasi Memperjelas Orientasi, Media Indonesia  13 Januari 2012)
3.      Berhentilah mengkritik orang ketika diri sendiri tidak berbuat apa-apa. Bersiaplah dikritik orang walaupun sudah berbuat yang sebaik mungkin.
4.      Banyak amalan baik, jangan mengklaim diri akan sukses. Melihat orang lain sedikit berbuat, janganlah dicibir, karena boleh jadi lebih ikhlas dan lebih sukses
5.      Panggilan buat dosen: killer, sadis, favorit, teladan, dll
6.      Keinginan lulus dalam dari perkuliahan itu bisa memotivasi diri dalam ikhtiar, tapi kalau tidak hati-hati bisa membuat diri tidak siap ketika tidak lulus, padahal tidak lulus tidak selalu berarti mahasiswa itu tidak mampu, boleh jadi dosen menjadi salah satu kendalanya, seperti tidak berjalan baik komunikasi ketika bimbingan skripsi atau tugas akhir
7.      Mahasiswa di mata dosen: cerdas, rajin, bodoh, malas, terlalu sibuk organisasi, tidak bisa menentukan topik skripsi, tidak menguasai materi kuliah/skripsi, menyakitkan hati, tidak sopan.
8.      Komunikasi dosen dan mahasiswa tidak berjalan seperti orangtua teladan berkomunikasi dengan anak tersayangnya mengilustrasikan hubungan rakyat dan para pemangku abdi negara yang semrawut.
9.      Kemampuan menulis seseorang tidak tergali, padahal status di facebook terus update
10.  Minat seseorang dalam menulis atau gambaran pemikiran terkini dapat dilihat dari kata-kata yang ada dalam status facebook-nya
11.  Facebook bisa mencerdaskan, bisa juga sia-sia
12.  Mahasiswa korban facebook
13.  Facebook itu menyenangkan, tapi belum mengenyangkan
14.  Ketika ujian skripsi/tugas akhir, pembimbing menyeringai tersenyum sinis, kenapa? Padahal kelemahan mahasiswa itu kelemahan dari pembimbing itu sendiri karena tugas akhir/skripsi merupakan karya bersama antara mahasiswa dan pembimbingnya. Ini jarang disadari…….
15.  Dosen mencap mahasiswa tidak lulus, guru mencap murid tidak lulus atau nilai jelek: Sudah sejauh mana dosen/guru tersebut memberikan layanan dan strategi khusus kepada mahasiswa/murid berlabel tidak lulus itu, tentunya strategi yang belum diberikan kepada mahasiswa lainnya. Kalau jangankan strategi, memanggil mahasiswa pun tidak pernah (di luar perkuliahan), ini dosen/guru perlu dipertanyakan kedudukannya: berhenti atau diberikan pendidikan lagi
16.  Mahasiswa telat jadi masalah, dosen telat tidak jadi masalah. Hukum mana ini?
17.  Satu mahasiswa tidak lulus dari 1000 mahasiswa, mau tidak mau kita harus menyadari bahwa kita sebagai dosennya juga salah dan harus bertanggung jawab untuk masa depannya
18.  Gaji dosen cukupkanlah, jangan mencari proyek, tapi mahasiswa diabaikan
19.  Bekal mahasiswa cukupkanlah, jangan dihabiskan dengan acara ini dan itu, sementara di dalamnya hura-hura. Yang biasa belum tentu layak dilakukan, boleh jadi itu dosa yang tidak disadari atau bahkan ditutup-tutupi
20.  Mahasiswa mana yang senang kelulusannya ditunda? Menunda kelulusan sama dengan menunda kesuksesan hidupnya. Kalau ada yang menunda kelulusan, panggil saja sama dosen/akademik dan berikan tips untuk segera lulus! Karena tidak pantas menunda kelulusan, apapun alasannya.
21.  Seorang dosen ditelpon mahasiswanya terkait nilai mahasiswa tersebut bermasalah. Saat itu dosen bilang sedang di bus dan berjanji setelah tiba di rumahnya akan segera menghubungi mahasiswa itu. Ketika dosen itu mengecek arsip pribadinya tentang nilai, ternyata mahasiswa tadi tidak bermasalah. Maka dosen itu segera menghubungi mahasiswa dan memberikan pesan: “Maaf mas, tenang aja nilai nanti saya urus ke akademik.” Karena hari itu Sabtu sore, maka Senin mahasiswa tersebut sudah mengirim pesan sms ke dosen tersebut yang isinya ucapan terimakasih karena nilainya sudah keluar tanpa masalah.  Rupanya si dosen mungkin langsung menghubungi bagian akademik hari Sabtu juga. Ini layak direnungkan, karena bagian akademik boleh jadi lebih responsif kepada dosen, daripada kepada mahasiswa, meskipun tidak semua kampus demikian.


Tidak ada komentar: