Jumat, 23 Desember 2011

MENATA KEPAHITAN HIDUP


MENATA KEPAHITAN HIDUP
Oleh: Komarudin Tasdik

Perjalanan hidup seseorang berbeda-beda, ada yang merasa pahit sekali, pahit, senang, senang sekali. Saudara yang satu asik mengisi dunia ini dengan berbagai kesulitan untuk mengeluarkan duit, sedangkan yang lainnya kesulitan untuk memperoleh duit, bahkan sampai menaruhkan nyawa demi “sang empat huruf ini” (D-U-I-T).
Hidup ini antara takdir dan ikhtiar. Meskipun berbagai pendapat baik yang bersifat religi, maupun umum seringkali berbeda. Di satu pihak meyakini bahwa hidup ini hanya menjalani takdir, pihak yang lain meyakini bahwa kita tidak berubah nasib kalau tidak merubahnya dengan diri sendiri. Saya pikir perbedaan pendapat ini tidak akan berujung dalam satu kesepakatan, karena masing-masing berbicara berdasarkan pengalaman dan referensi yang dibacanya. Sedangkan kebenaran mutlaknya tidak ada satu pun yang tahu, kecuali Yang Maha Tahu.
Hidup ini antara mudah dan sulit. “Allah menjadikan dunia ini mudah” (QS al-Mulk). Kalimat ini menginspirasikan bahwa dunia ini harus dihadapi dengan mudah, sehingga apabila menyikapinya dengan perasaan sulit serasa kurang tepat. Tapi kita juga tahu ada ayat bahwa “Setelah kesulitan itu ada kemudahan” (QS al-Insyirah). Ayat ini berarti dunia ini membutuhkan ikhtiar yang butuh perjuangan dan energi besar. Lagi-lagi ini mengkarakteristikkan bahwa tidak ada kepastian apakah dunia ini mudah atau sulit?
Ada pernyataan bahwa “dunia ini pilihan, apakah kita ingin memilih hidup yang mudah atau yang sulit?” Ini tidak sepenuhnya dapat diterima, karena ketika kita memilih pilihan tersebut, manusia tidak terlepas dari aspek ilahiah.
Dengan memperhatikan status dunia yang digambarkan di atas sebagai kehidupan “antara”, seperti kita memilih “atau” dari pilihan “hidup atau mati”, maka saya cenderung menghadapi kehidupan ini dengan BERUSAHA tidak stres, tidak tertekan, tidak pusing, dan tidak menderita, walaupun FAKTANYA kita seringkali merasa stres, tertekan, pusing, dan menderita. Yakinlah Allah mengatur segalanya dan akan membimbing makhluk-Nya. Orang miskin tidak berarti mereka memilih miskin, karena ikhtiar yang dilakukannya sudah maksimal menurut bekal kemampuan yang dimilikinya.

Tidak ada komentar: