Raport
Merah/Hitam Dosen
Sudah lama terdengar mahasiwa merasa kesulitan dalam menjalani
perkuliahannya. Tentu, tidak semua kehidupan kampus menyedihkan, dan ini patus
diapresiasi sebesar-besarnya atas jasa-jasa para dosen dan civitas akademika.
Akan tetapi, untuk perbaikan selanjutnya perlu dicarikan solusi, minimal
kritikan/masukkan dari berbagai pihak, misalnya dari mahasiswa kepada dosennya.
Saya pikir Raport Merah/Hitam Dosen harus disusun oleh setiap mahasiswa.
Apakah mahasiswa bersangkutan merasa dipersulit/dipermudah oleh seorang dosen?
Ini bisa menjadi isi raport tersebut. Salah satu contoh konkrit, bagaimana
pendapat mahasiswa terhadap sikap dosen pembimbingnya? Raport tersebut bisa
dibuat dengan bahasa formal maupun non-formal. Bahasa ilmiah bisa saja
diberikan kepada kampus atau langsung ke dosen bersangkutan (kalau berani)
setelah mahasiswa lulus, karena kalau belum lulus bisa-bisa mahasiswa tersebut
tidak lulus-lulus tuh. Ha…ha…
Raport hitam itu sebagai bentuk apresiasi, sedangkan raport merah sebagai
bentuk masukkan buat dosen yang menurut “kabar burung” seringkali merasa ingin
lebih “dipuja” mahasiswanya. Raport merah perlu untuk menghentikan “kebengisan”
dosen kepada mahasiswanya, lebih halusnya memperbaiki komunikasi dosen terhadap
mahasiswa agar tidak tampak dosen super sibuk dan dosen super cerdas yang
membuat mahasiswa gelagapan ketika ingin menemuinya.
Pendek kata, Merah/Kuning/Hijau/Hitam sikap dosen harus diabadikan dalam
sebuah tulisan mahasiswanya. Terlepas apakah itu pandangan subjektif ataupun
obyektif, tidak perlu ditakuti khawatir salah penilaian, biar kampus atau dosen
bersangkutan melihat langsung rekapitulasi raport-raport merah yang dibuat dari
semua mahasiswa, sehingga akan diperoleh kesimpulan kolektif apakah dosen
tersebut relatif baik atau tidak.
Saya menginginkan tidak ada lagi perasaan resah-gelisah, takut-khawtir,
bersimbah keringat dan kekakuan mahasiswa ketika bertemu dosen. Eh..lupa.
Raport merah yang disajikan dalam bahasa formal sebaiknya tidak dipublikasikan.
Tapi kalau ditulis dalam bahasa non-formal sebaiknya pampang saja di manapun
media publikasi ada, blog salah satunya (Kalau publikasi, pastikan tidak ada
pihak yang dipojokkan secara langsung ya…entar terjerat UU ITE tuh).
Enak juga lho…selain memberikan masukan, blog kita semakin banyak isinya, juga
mungkin saja menjadi sebuah e-book yang membahas romantika kampus dengan bahasa
non-ilmiah seperti kumpulan cerpen atau novel. Mari kita coba!
Selain masukkan buat dosen, raport ini juga bisa menambahkan tingkat
kegemaran bangsa Indonesia dalam dunia tulis-menulis. Bayangkan saja, contoh
sederhana, kampus kecil yang mahasiswanya sangat sedikit memiliki 20 lulusan
saja berarti Indonesia sudah punya buku (tentang raport merah dosen, ngeri ya…)
sebanyak 20 buku. Belum lagi di Indonesia banyak sekali perguruan tinggi, ambil
contoh ada 10 perguruan tinggi saja, totalnya 200 buku. Waaaaaaaaaaaaw …..!
Banyak sekali bukan? Tiap tahun tuh….karena tiap tahun pasti ada kelulusan…! Di
samping itu, ada kemungkinan dosen yang kena kritikan raport merah tersebut,
bisa saja memberikan buku balasannya seperti “Dosen Menggugat”. Wah nambah
banyak lagi tuh jumlah bukunya. Ayooooo bikin raport merah dosen……!
“Bagi para dosen, jangan khawatir, saya juga mungkin akan kena getahnya
tulisan ini dari mahasiswa saya yang kontra, tapi akan saya jadikan getah karet
saja atau jarak biar bernilai produktivitas lebih tinggi…”. Jaga marah,
telurkan jawaban dalam tulisan!
Babakan
Cikalama, 4 September 2012
Komarudin
Tasdik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar