Senin, 05 Maret 2012

Saya kira hidup itu mudah

[Edisi Refleksi Hidup] Bagian 1
Saya kira hidup itu mudah

Ketika duduk di bangku SMP dan SMA, aku mengira hidup itu mudah. Kemampuan bahasa Arab dan bahasa Inggris diperkirakan akan aku kuasai dalam waktu yang tidak terlalu lama. Mungkin karena terlalu pede, aku kurang mencari strategi-strategi untuk mempelajari keduanya, di samping, mungkin juga kurangnya motivasi dari orang-orang di sekitar.
Karena keluargaku agak familiar dengan kedua bahasa asing itu, maka di dalam hati sudah tertanam sejak kecil secara naluriah bahwa aku harus memahaminya.
Lama waktu hidup yang aku jalani. Kuliah yang rencana semula ngambil bahasa Arab atau Manajemen Dakwah, berubah jadi bahasa Inggris, berubah menjadi Ilmu Pemerintahan atau Hubungan Internasional. Pilihan kedua terakhir inilah yang aku coba melalui UMPTN/SNMPTN, hasilnya gagal alias tidak lulus menembus perkuliahan UNPAD. Setelah mendapat “kekalahan” dalam UMPTN, banting setir masuk Manajemen Informatika (Komputer). Dengan bekal kemampuan eksakta dan persiapan biaya yang sangat kurang, aku menjalani perkuliahan komputer dengan penuh perjuangan, tapi Alhamdulillah berjalan lancar juga hingga jenjang yang aku rasa sesuai dengan harapan, cukup tinggi, walau harus melalui satu jenjang lagi untuk mencapai jenjang pendidikan tertinggi, insyaAllah.
Sembari konsentrasi pada komputer, aku terus sedikit demi sedikit belajar kedua bahasa Asing tadi, tapi cenderung pada bahasa Inggris. Alasan belajar kedua bahasa tersebut: bahasa Arab untuk memahami Islam dan bahasa Inggris untuk memahami komputer.
Kini di benakku muncul keinginan untuk membangun komunitas penerjemah bahasa Arab yang mampu menerjemahkan minimal tentang sistem informasi dan e-government sebagai bentuk kontribusi untuk kemajuan Islam.
Aku heran daya tarik bahasa Arab masih jadi target hidup ini. Aku mengingat waktu kecil, mungkin karena di masa kanak-kanak, masa mulai bisa melamun (kalau tak layak disebut berpikir), masa usia SD, aku sering bercita-cita tinggi untuk menjadi pemimpin negara sekaligus ulama. Semoga menjadi penyemangatku dalam menghadapi hiruk pikuk hidup saat ini.
Kesulitan-kesulitan hidup telah membuat diriku ingin berusaha terus untuk mengingat kesulitan orang lain, yang mudah-mudahan bisa mendorongku untuk berbuat baik kepada sesama. Amiin
Langkah awal aku coba membangun pusat e-book melalui blog dengan identitas copyright-nya al-Ikhbaar. Al-Ikhbaar berarti informasi. Kata informasi diambil karena aku berlatar belakang pendidikan formal Sistem Informasi. Inginnya menggunakan “pengetahuan/ilmu”. Tapi untuk sementara aku baru bisa berusaha menyajikan informasi untuk selanjutnya dapat dijadikan “pengetahuan” oleh para pakar lain.
Semoga tahun 2013 e-book mulai launching dalam “versi setelah editing” dengan masing-masing halaman sekitar 200 halaman. Harapannya, pengguna dapat memilih apakah menggunakan e-book gratis yang tersedia di blog atau pesan kompilasi e-book berbayar sangat murah (sekitar Rp 10.000/e-book) melalui e-mail yang pendapatannya dibagi dua: persentase untuk penulis e-book dan persentase untuk membangun al-Ikhbaar.
Al-Ikhbaar merupakan rintisan program online yang saya dirikan dengan program bukan hanya kontribusi secara virtual, tapi juga secara fisik seperti bantuan buku atau dapat dilihat pada program Perpustakaan Cisewu atau bisa juga dilihat pada blog http://perpustakaancisewu.wordpress.com/
Rencana sementara, apabila PROGRAM AL-IKHBAAR ini berjalan lancar, ruang sekretariat kecil akan dibangun di Cisaninten, Cisewu, Garut. Tapi rencana ini masih dalam pertimbangan, baik dari aspek materil maupun non materil.
Bersambung…

Tidak ada komentar: