Minggu, 15 Januari 2012

Mengapa Bertumpuk-tumpuk Tugas Kuliah Tidak Menghasilkan Uang?


Mengapa Bertumpuk-tumpuk Tugas Kuliah Tidak Menghasilkan Uang?

Mahasiswa sudah dikenal dengan kebiasaannya mengumpulkan tulisan-tulisan sebagai tugas dari dosennya untuk memperoleh kelulusan di akhir perkuliahannya. Selain mencurahkan pemikiran, biaya untuk buku, pensil, komputer, transportasi, dan lain-lain sudah dianggap wajar dikeluarkan oleh seseorang yang belajar di bangku kuliah. Salah satu harapan dari kegiatan ini adalah melatih mahasiswa agar rajin belajar untuk menjadi calon intelektural di masa yang akan datang.
Di balik kewajaran karena dianggap sudah biasa, ada sedikit yang menggelitik hati saya. Kita bertahun-tahun mengeluarkan uang, katanya untuk menghasilkan karya, katanya untuk membangun manusia yang tangguh, tentunya terhindar dari pengangguran salah satunya, tapi jangankan sedang masih mengikuti masa perkuliahan, setelah lulus saja masih susah untuk menghasilkan uang, baik itu kerja atau wirausaha.
Dengan adanya kelas karyawan, masyarakat menangkap image bahwa perguruan tinggi memberikan kesempatan untuk kuliah sekaligus bekerja. Ini cukup membantu mahasiswa-mahasiswa yang biaya hidupnya harus dikeluarkan dari kantong sendiri. Saya bertanya mengapa tidak dibangun kerja sama antara dosen dan mahasiswa? Bukankah dosen itu salah satu aktivitasnya menulis, maka mengapa tidak melatih mahasiswa untuk menulis saja, sehingga di akhir perkuliahan tiap mahasiswa memiliki kompilasi dari materi kuliahnya atau catatan hariannya terkait suka-duka perkuliahannya, bukankah ini bisa menjadi buku? Meskipun kualitasnya sangat relatif.
Apabila kerja sama dosen dan mahasiswa dibangun dengan baik, maka kompilasi tulisan akan dapat disusun dengan cukup banyak halaman. Andaikan tidak sampai menghasilkan uang, minimal buku sudah pernah menjadi pengalaman hidup mahasiswa. Apalagi sekarang, media online sudah banyak menyediakan fasilitas gratis sebagai media kreasi tulisan mahasiswa, kenapa tidak, kalau mahasiswa yang tulisannya belum menghasilkan uang, terlebih dahulu di-posting di blog. Kontribusi tulisan gratis di blog sangat besar, di antaranya melatih mahasiswa untuk berbuat untuk sesama, adik-adik kelas dapat mengerjakan tugas-tugas kuliah dengan lebih mudah, seandainya kita belum bisa mewariskan apa-apa kepada generasi penerus tidak berlebihan kalau tulisan acak-acakan kita di blog dijadikan bukti bahwa kita pernah hidup di jagat raya ini.
Modal penting untuk mewujudkan karya di atas, selain kemauan mahasiswa, juga kemauan dosen untuk proaktif membantu mahasiswa juga sangat penting. Yang sementara ini dikenal dosen susah diajak komunikasi oleh mahasiswa, sehingga mahasiswa harus menerapkan berbagai macam strategi untuk mendekatinya, maka demi karya bersama itu, dosen juga harus bersusah payah mendekati mahasiswanya. Dosen mendekati mahasiswa merupakan kewajiban yang mutlak. Dosen membiarkan mahasiswa begitu saja, saya yakin seyakin-yakinnya akan diminta pertanggung jawaban.
Mari kita bangun komunikasi dosen dan mahasiwa untuk mewujudkan karya tulis bersama. Berhentilah dosen bersikap jual mahal sehingga tidak mau mendekati berbagai macam alasan. Dosen membiarkan mahasiswa berjalan sendiri dengan alasan mendidik mahasiswa kreatif, itu hanya alasan dibuat-dibuat, karena pembiaran itu tetap saja sangat tidak tepat dan membangun kreativitas itu perlu berbagai tahapan. Mahasiswa menyalahkan dosen sehingga kuliahnya terbengkalai juga tidak tepat, karena keberhasilan kuliah tidak hanya tergantung pada tatap muka dosen di kampus, tapi kita bisa mencari guru/dosen di luar kampus baik dalam wujud manusia, buku, e-book, dan sebagainya.
“Berhentilah menyalahkan orang lain, salahkanlah diri sendiri (Robert T. Kiyosaji).” Terus menyalahkan diri sendiri juga tidak baik, tapi berbuatlah walaupun sesuatu yang dipandang sangat kecil. (Komarudin Tasdik)

Tidak ada komentar: